REORIENTASI INOVASI PEMBELAJARAN PAUD BERBASIS KARAKTER
Disajikan dalam Seminar Nasional
Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran PAUD Berbasis Karakter
Program Pascasarjana IKAHA Jombang
Minggu, 29 Mei 2011
Prof. Dr. Mohammad Efendi, M. Kes
JURUSAN KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRASEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG 2011
REORIENTASI INOVASI PEMBELAJARAN
BERBASIS KARAKTER
Mohammad Efendi (Staf Pengajar FIP dan PPs - Universitas Negeri Malang, 2011)
Tawuran bukan saja monopoli orang dewasa. Perang massal pun sudah menjangkiti murid sekolah dasar, seperti yang terjadi di daerah Latumaten, Jakarta Barat. Tawuran sesama pelajar yang masih bercelana pendek itu berlangsung sengit. Tak cuma menggunakan batu dan balok sebagai senjata, Informasi yang didapat Metro TV, tawuran dipicu masalah sepele. Mereka saling ejek (Metrotvnews.com, 24 April 2010). Di Banyuwangi, gara-gara terpengaruh film porno yang sering ditontonnya, seorang siswa SD mencoba mempraktekan perbuatan terlarang itu ke bocah yang masih duduk di bangku TK (okezone.com, 11 November 2008). Oknum Ibu Guru kepala TK Batanghari, Lampung Timur, digerebek sedang bercumbu mesra dengan teman selingkuhnya yang masih berondong di sebuah kontrakan, Kecamatan Metro Selatan (Pos KOTA. 25 Oktober 2010). Panorama lain, Kasus pembunuhan dan kekerasan di kampus pamongpraja di Sumedang yang begitu menghentak kesadaran publik yang pelakunya diganjar ringan. Kekerasan juga terjadi dalam dunia pendidikan di Madura terhadap siswa Madrasah Ibtidaiyah Kabupaten Sumenep, menjadi bulan-bulanan dua orang Kepala Sekolah sampai tak sadarkan diri hingga harus dirawat di Puskesmas (Kompas, 4 Juni 2008). Terakhir foto bugil milik seorang ibu guru di Banyuwangi, beredar luas melalui ponsel (Surya, 18 Nopember 2009).
Cuplikan peristiwa di atas merupakan potret kelabu dunia pendidikan kita saat ini. Kasus-kasus tersebut merupakan fenomena “gunung es”, di mana faktanya justeru lebih besar daripada apa yang dapat di tangkap dan dilaporkan. Fenomena tersebut bisa jadi sebagai refleksi bahwa pendidikan moral dan budi pekerti di kalangan siswa perlu mendapatkan perhatian serius, untuk mencegah efek domino yang lebih besar.
Berangkat dari peristiwa tersebut, timbul pertanyaan besar “Apa makna di balik sejumlah kasus buram tersebut?”. Secara tidak langsung, serangkaian persitiwa penyimpangan yang mewarnai dunia pendidikan kita dapat menjadi indikasi, bahwa secara kolektif maupun individual bangsa ini mengalami pelemahan karakter sebagai bangsa yang bermartabat mulia, selain karena lemahnya sistem. Seiring dengan maraknya persitiwa besar lainnya, bangsa ini makin terpuruk dan mulai kehilangan rasa malu dan kehormatan yang selama ini telah mewarisi tradisi besar (the great tradition) sebagai bangsa yang toleran, ramah, religius sebagaimana melekat dalam kepribadian bangsa. Dalam kontek yang lebih spesifik selaku komunitas atau warga negara, bangsa ini telah kehilangan karakter jati diri yang kuat dan berstandar moralitas yang kokoh.
Apakah hal ini sebagai akibat bahwa pendidikan kita saat ini tengah mengalami penyempitan makna?. Sebab pada praktiknya, pendidikan kita masih terfokus membentuk pribadi cerdas individual semata, bukan pribadi yang paripurna. Padahal, idealnya pendidikan juga berkontribusi pada pembentukan karakter bangsa atau hal yang menjadi identitas kolektif bangsa(Kompas, 8 Mei 2009). Dalam sistem pendidikan nasional jelas tertuang bahwa tujuan pendidikan selain membentuk siswa terampil dan cerdas, juga harus beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, mandiri, kreatif, supaya menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.UNTUK LEBIH LENGKAPNYA SILAHKAN DOWNLOAD DISINI
{ 0 comments... read them below or add one }
Posting Komentar