ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. “T” NLB UMUR 8 HARI DENGAN TRAUMA PERSALINAN

Posted by Unknown on Minggu, 05 Mei 2013

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. “T” NLB UMUR 8 HARI DENGAN TRAUMA PERSALINAN 
DI PAVILIUN ANGGREK
RSUD JOMBANG




 

















Oleh :

VINA SUSILA M.S
110603132








SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMKAB JOMBANG
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
2013/2014




LEMBAR PENGESAHAN

Asuahan Kebidanan Pada Bayi Ny “LNeonatus Cukup Bulan Umur 8 Hari di PAVILIUN ANGGREK RSUD JOMBANG. Dalam rangka praktek klinik kebidanan tangga 29 APRIL 2013 s/d 12 MEI 2013.
Telah disahkan pada :
Hari        :
Tanggal   :
Tempat   :

Mahasiswa


Vina Susila M. S
110603132


Mengetahui,

Pembimbing Pendidikan                                                                     Pembimbingan Klinik



Kolifah, SST M. Kes                                                             Indah Hera Diyanti Amd. Kep


Kepala Ruangan Pavilliun Anggrek


                                                           

     
      Tri Winarni Amd. Kep





KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan tugas praktek kebidanan ini yang berjudul “ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny “LNEONATUS CUKUP BULAN UMUR 8 HARI DI PAVILLIUN ANGGREK RSUD JOMBANG
Dalam penyusunan asuhan kebidanan ini tidak lepas dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempaan ini kami menyampaikan terima kasih kepada :
  1. Tri Winarni Amd. Kep Selaku Kepala Ruangan Pavilliun Anggrek RSUD JOMBANG
  2. Indah Hera Diyanti Amd.Kep. Selaku pembimbing praktek di Pavilliun Anggrek RSUD JOMBANG.
  3. Kolifah, SST M. Kes selaku Ka Prodi D III kebidanan Stikes Pemkab Jombang.
  4. Kolifah, SST M. Kes selaku pembimbing akademik D III kebidanan Stikes Pemkab Jombang.
Tujuan dari pembuatan asuhan kebidanan ini selain sebagai tugas praktek kebidanan ini juga sebagai penunjang bagi pembaca dalam pembuatan asuhan kebidanan. Pembuatan asuhan kebidanan ini bukanlah pekerjaan yang ringan maupun pekerjaan yang berat. Untuk itu jika ada kesalahan baik dari kata, bahasa maupun isinya kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

                                                                                          Jombang,                           2013


                                                                                                             Penulis















BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Pelayanan kesehatan neonatal harus dimulai sebelum bayi dilahirkan, melalui pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil. Berbagai upaya untuk pencegahan dan penanggulangan dini terhadap faktor-faktor yang melemahkan kondisi seorang ibu hamil perlu diprioritasan. Disamping itu perlu dilakukan pembinaan kesehatan prenatal yang baik dan penanggulangan faktor-faktor yang menyebabkan kematian prenatal yang meliputi perdarahan. Hipotermi, infeksi, kelahiran preterm, asfiksia.
Penelitian telah menunjukkan bahwa lebih dari 50 % kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yanitu dalam bulan pertama kehidupan, kurang baiknya penanganan BBL sehat akat menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian.
Masalah-masalah yang terjadi pada bayi baru lahir yang diakibatkan oleh tindakan-tindakan yang dilakukan pada saat persalinan sangatlah beragam.Trauma akibat tindakan, cara persalinan atau gangguan kelainan fisiologik persalinan yang sering kita sebut sebagai cedera atau trauma lahir. Partus yang lama akan menyebabkan adanya tekanan tulang pelvis. Kebanyakan cedera lahir ini akan menghilang sendiri dengan  perawatan yang baik dan adekuat.Kelainan yang terjadi pada kelahiran cunam/vakum biasanya disebabkan oleh tarikan atau tahanan dinding jalan lahir terhadap kepala bayi.
1.         Kelainan Perifer
a.              Molding
b.             Kaput suksedanum
c.              Sefalhematum
d.             Perdarahan subaponeurosis
e.              Kerusakan saraf perifer
f.              Trauma pada kulit
g.             Perdarahan subkojungtiva Perdarahan retina
2.         Kelainan Sentral
a.              Iritasi sentral
b.             Perdarahan/gangguan sirkulasi otak
c.              Keluhan dengan seksio sesarea
d.             Kelainan presentasi bokong
e.              Kelahiran presentasi muka
f.              Kelahiran letak lintang

B.     TUJUAN PENULISAN
1.      Tujuan Umum
Menerapkan dan mengembangkan pola pikir ilmiah dalam proses asuhan kebidanan nyata serta mendapat pengalaman dalam menerapkan masalah pada BBL normal dengan menggunakan manajemen kebidanan Varney.

2.      Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal diharapka mampu :
a.              Melakukan pengkajian data.
b.             Interpretasi data.
c.              Mengidentifikasikan masalah dan diagnosa potensial.
d.             Mengidentifikasikan kebutuhan segera.
e.              Merumuskan suatu tindakan sesuai dengan apa yang direncanakan.
f.              Mengevaluasi sejauh mana keberhasilan yang telah dicapai.
g.             Mendokumentasikan secara benar.

3.      Batasan Masalah
Masalah yang kami ambil yaitu : ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny “T” NEONATUS LEWAT BULAN UMUR 8 HARI DENGAN TRAUMA PERSALINAN DI PAVILLIUN ANGGREK RSUD JOMBANG.

C.    MANFAAT PENULISAN
1.      Bagi Institusi
Sebagai bahan kepustakaan bagi yang membutuhkan asuhan kebidanan dan pengetahuan dibidang keperawatan bayi baru lahir.
2.      Bagi Klien
Agar klien mendapatkan perawatan dan penanganan khusus sesuai asuhan kebidanan dan pengetahuan dibidang keperawatan bayi baru lahir.
3.      Bagi Penulis
Mendapatkan pengalaman serta dapat menerapkan ilmu yang sudah diperoleh di pendidikan. Untuk mendapatkan atau menambah ilmu yang luas dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

D.    METODE PENGUMPULAN DATA
1.             Studi kepustakaan
2.             Pemeriksaan fisik
3.             Observasi
4.             Dokumentasi

E.     SISTEMATIKA PENULISAN
BAB    I        PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
B.     Tujuan Penulisan
C.     Manfaat Penulisan
D.    Metode Pengumpulan Data
E.     Sistematika Penulisan

BAB    II      TINJAUAN PUSTAKA
A.    Landasan Teori
B.     Konsep Management Kebidanan

BAB    III     TINJAUAN KASUS
A.    Pengkajian Data
B.     Interpretasi Data Dasar
C.     Diagnosa / Masalah Potensial
D.    Identifikasi Kebutuhan dan Tindakan Segera
E.     Intervensi
F.      Implementasi
G.    Evaluasi
BAB    IV     PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.     Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir Dengan Trauma Kelahiran
2.1.1        Definisi Trauma atau Cedera Kelahiran
Trauma lahir merupakan perlakuan pada bayi baru lahir yang terjadi dalam proses persalinan atau kelahiran (IKA, Jilid I). Luka yang terjadi pada saat melahirkan amniosentesis, transfusi, intrauterin, akibat pengambilan darah vena kulit kepala fetus, dan luka yang terjadi pada waktu melakukan resusitasi aktif tidak termasuk dalam pengertian. Perlakukan kelahiran atau trauma lahir. Pengertian perlakuaan kelahiran sendiri dapat berarti luas, yaitu sebagai trauma mekanis atau sering disebut trauma lahir dan trauma hipoksik yang disebut sebagai Asfiksia. Trauma lahir mungkin masih dapat dihindari atau dicegah, tetapi ada kalanya keadaan ini sukar untuk dicegah lagi sekalipun telah ditangani oleh seorang ahli yang terlatih.
Angka kejadian trauma lahir pada beberapa tahun terakhir ini menunjukkan kecenderungan menurun. Hal ini disebabkan banyak kemajuan dalam bidang obstetri, khususnya pertimbangan seksio sesarea atau indikasi adanya kemungkinan kesulitan melahirkan bayi. Cara kelahiran bayi sangat erat hubungannya dengan angka kejadian trauma lahir. Angka kejadian trauma lahir yang mempunyai arti secara klinis berkisar antara 2 sampai 7 per seribu kelahiran hidup. Berapa faktor risiko yang dapat menaikkan angka kejadian trauma lahir antara lain adalah makrosomia, malprensentasi, presentasi ganda, disproporsi sefala pelvik, kelahiran dengan tindakan persalinan lama, persalinan presipitatus, bayi kurang bulan, distosia bahu, dan akhirnya faktor manusia penolong persalinan. Lokasi atau tempat trauma lahir sangat erat hubungannya dengan cara lahir bayi tersebut atau phantom yang dilakukan penolong persalinan waktu melahirkan bayi. Dengan demikian cara lahir tertentu umumnya mempunyai predisposisi lokasi trauma lahir tertentu pula.
2.1.2        Trauma Kelahiran dikarenakan Perlakuan Pada Susunan Syaraf
Paralis Pleksus Brakialis Brachial Palsy ada 2 jenis, yakni :
a.         Paralisis Erb-Duchene
Kerusakan cabang-cabang C5 – C6 dari pleksus biokialis menyebabkan kelemahan dan kelumpuhan lengan untuk fleksi, abduksi, dan memutar lengan keluar serta hilangnya refleks biseps dan moro. Lengan berada dalam posisi abduksi, putaran ke dalam, lengan bawah dalam pranasi, dan telapak tangan ke dorsal. Pada trauma lahir Erb, perlu diperhatikan kemungkinan terbukannya pula serabut saraf frenikus yang menginervasi otot diafragma.
Pada trauma yang ringan yang hanya berupa edema atau perdarahan ringan pada pangkal saraf, fiksasi hanya dilakukan beberapa hari atau 1 – 2 minggu untuk memberi kesempatan penyembuhan yang kemudian diikuti program mobilisasi atau latihan. Upaya ini dilakukan antara lain dengan jalan imobilisasi pada posisi tertentu selama 1 – 2 minggu yang kemudian diikuti program latihan. Pada trauma ini imobilisasi dilakukan dengan cara fiksasi lengan yang sakit dalam posisi yang berlawanan dengan posisi karakteristik kelumpuhan Erg. Lengan yang sakit difiksasi dalam posisi abduksi 900 disertai eksorotasi pada sendi bahu, fleksi 900.

b.        Paralisis Klumpke
Kerusakan cabang-cabang C8 – Ih1 pleksus brakialis menyebabkan kelemahan lengan otot-otot fleksus pergelangan, maka bayi tidak dapat mengepal.
Penyebabnya adalah tarikan yang kuat daerah leher pada kelahiran bayi menyebabkan kerusakan pada pleksus brakialis. Sering dijumpai pada letak sungsang atau pada letak kepala bila terjadi distosia bahu. Penatalaksanaan trauma lahir klumpke berupa imbolisasi dengan memasang bidang pada telapak tangan dan sendiri tangan yang sakit pada posisi netrak yang selanjutnya diusahakan program latihan.

c.         Paralisis Nervus Frenikus
Trauma lahir saraf frenikus terjadi akibat kerusakan serabut saraf C3, 4, 5 yang merupakan salah satu gugusan saraf dalam pleksus brakialis. Serabut saraf frenikus berfungsi menginervasi otot diafragma, sehingga pada gangguan radiologik, yang menunjukkan adanya elevasi diafragma yang sakit serta pergeseran mediastinum dan jantung ke arah yang berlawanan

d.        Kerusakan Medulla Spinalis
Gejala tergantung bagian mana dari medulla spinalis yang rusak, dijumpai gangguan pernafasan, kelumpuhan kedua tungkai dan retensiourin. Hal ini dapat terjadi letak sungsang, presentasi muka dan dahi, atau pada distosia persalinan, disebabkan tarikan, hiperfleksi, atau hiperekstensi yang berlebihan. Penanganan dengan berkonsutasi pada bagian Neurologi.
e.         Paralisis Pita Suara
Terjadi kerusakan pada cabang lain n. vagus menyebabkan gangguan suara (afonia), stridor inspirasi, atau sindroma gangguan pernafasan. Hal ini disebabkan tarikan, hiperfleksi atau hiperekstensi yang berlebihan di daerah leher sewaktu persalinan. Kelainan ini dapat menghilang sendiri setelah 4 – 6 minggu tetapi pada yang berat memerlukan penanganan khusus seperti trakeostomi.

2.1.3      Trauma Kelahiran dikarenakan Fraktur (Patah Tulang)
a.         Fraktur Tulang Tengkorak
Trauma ini biasanya ditemukan pada kesukaran melahirkan kepala bayi yang mengakibatkan terjadinya tekanan yang keras pada kepala bayi oleh tulang pervis ibu. Kemungkinan lain terjadinya trauma ini adalah pada kelahiran cunam yang disebabkan oleh jepitan keras umumnya berupa fraktur linier atau fraktur depresi, fraktur basis kranu jarang terjadi.
fraktur linier ini disertai perdarahan ke arah subdural atau subarachnoid. Diagnosa fraktur atau fisura linier tanpa komplikasi tidak memerlukan tindakan khusus, tetapi pemeriksaan ulang radiologik perlu memerlukan 4 – 6 minggu kemudian untuk meyakinkan telah terjadinya penutupan fraktur linier tersebut, di samping untuk mengetahui secara dini kemungkinan terjadinya kista leptomeningeal di bawah tempat fraktur. Prognosis fraktur linier baik, biasanya akan sembuh sedini dalam beberapa minggu. Bila terjadi komplikasi seperti kista. Pengobatan oleh bidang bedah syaraf harus dilakukan sedini mungkin.

b.        Fraktur Tulang Klavikula
Fraktur tulang klavikula merupakan trauma lahir pada tulang yang tersering ditemukan dibandingkan dengan trauma tulang lainnya. Trauma ini ditemukan pada kelahiran letak kepala yang mengalami kesukaran pada waktu melahirkan bahu, atau sering pula ditemukan pada waktu melahirkan bahu atau sering juga terjadi pada lahir letak sungsang dengan tangan menjungkit ke atas.
Gejala Klinis Yang perlu diperhatikan terhadap kemungkinan adanya trauma lahir klavikula jenis greenstick adalah :
1.         Gerakan tangan kanan-kiri tidak sama
2.         Refleks moro asimotris
3.         Bayi menangis pada perabaan tulang klavikula
4.         Gerakan pasif tangan yang sakit disertai riwayat persalinan yang sukar.
5.         Pengobatan trauma lahir fraktur tulang kavikula

c.         Fraktur Tulang Humerus
Fraktur tulang humerus umumnya terjadi pada kelahiran letak sungsang dengan tangan menjungkit ke atas. Kesukaran melahirkan tangan yang menjungkit merupakan penyebab terjadinya tulang humerus yang fraktur. Pada kelahiran presentasi kepala dapat pula ditemukan fraktur ini, jika ditemukan ada tekanan keras dan langsung pada tulang humerus oleh tulang pelvis. Jenis frakturnya berupa greenstick atau fraktur total.
Gejala Klinis :
1.         Berkurangnya gerakan tangan yang sakit
2.         Refleks moro asimetris
3.         Terabanya deformitas dan krepotasi di daerah fraktur disertai rasa sakit
4.         Terjadinya tangisan bayi pada gerakan pasif

d.        Fraktur Tulang Femur
Umumnya fraktur pada kelahiran sungsang dengan kesukaran melahirkan kaki. Letak fraktur dapat terjadi di daerah epifisis, batang tulang leher tulang femur.
Gejala Klinis :
1.                                                              Diketahui beberapa hari kemudian dengan ditemukan adanya gerakan kaki
yang berkurang dan asimetris.
2.         Adanya gerakan asimetris serta ditemukannya deformitas dan krepitasi pada tulang femur.
Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan radiologik.
1.      Pengobatan fraktur tulang femur
2.      Imobilisasi tungkai bawah dengan jalan fiksasi yang diikuti oleh program latihan
3.      Dirujuk ke bagian bedah tulang




2.1.4      Trauma Kelahiran dikarenakan Perlakuan Jaringan Lunak Bayi Baru Lahir
a.      Kaput Suksedaneum
Caput suksedaneum adalah Kelainan ini akibat sekunder dari tekanan uterus atau dinding vagina pada kepala bayi sebatas caput. Keadaan ini dapat pula terjadi pada kelahiran spontan dan biasanya menghilang dalam 2-4 hari setelah lahir. Tidak diperlukan tindakan dan tidak ada gejala sisa yang dilaporkan. (Prawirohardjo, 2007).  Penyebab Kaput suksedaneum terjadi karena adanya tekanan yang kuat pada kepala pada saat memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi perifer dan limfe yang disertai dengan pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstravaskuler. Keadaan ini bisa terjadi pada partus lama atau persalinan dengan Vaccum ektrasi. (Dewi, 2010).
Gejala Klinis
a.         Udema di kepala
b.         Terasa lembut dan lunak pada perabaan
c.         Benjolan berisi serum dan kadang bercampur dengan darah
d.        Udema melampaui tulang tengkorak
e.         Batas yang tidak jelas
f.          Permukaan kulit pada benjolan berwarna ungu atau kemerahan
g.        Benjolan akan menghilang sekitar 2-3 minggu tanpa pengobatan
Penatalaksanaa
a.             Perawatan bayi sama dengan  perawatan bayi normal.
b.             Pengawasan keadaan umum bayi.
c.             Berikan lingkungan yang baik, adanya ventilasi dan sinar matahari yang cukup.
d.            Pemberian ASI yang adekuat, bidan harus mengajarkan pada ibu teknik menyusui dengan benar.
e.             Pencegahan infeksi harus dilakukan untuk menghindari adanya infeksi pada benjolan.
f.               Berikan konseling pada orang tua, tentang:
1.      Keadaan trauma yang dialami oleh bayi;
2.      Jelaskan bahwa benjolan akan menghilang dengan sendirinya setelah sampai 3 minggu tanpa pengobatan.
3.       Perawatan bayi sehari-hari.
4.       Manfaat dan teknik pemberian ASI.
b.        Sefalohematoma
Sefalohematoma merupakan suatu perdarahan subperiostal tulang tengkorak berbatas tegas pada tulang yang bersangkutan dan tidak melewati sutura. Sefalohematoma timbul pada persalinan dengan tindakan seperti tarikan vakum atau cunam, bahkan dapat pula terjadi pada kelahiran sungsang yang mengalami kesukaran melahirkan kepala bayi. Akibatnya timbul timbunan darah di daerah subperiost yang dari luar terlihat sebagian benjolan.
Secara klinis benjolan Sefalohematoma benbentuk benjolan difus, berbatas tegas, tidak melampaui sutura karena periost tulang berakhir di sutura. Pada perabaan teraba adanya fluktuasi karena merupakan suatu timbunan darah yang letaknya dirongga subperiost yang terjadi ini sifatnya perlahan-lahan benjolan timbul biasanya baru tampak jelas beberapa jam setelah bayi lahir (umur 6 – 8 jam) dan dapat membesar sampai hari kedua atau ketiga. Sefalohematoma biasanya tampak di daerah tulang perietal, kadang-kadang ditemukan ditulang frontal.
Benjolan hematoma sefal dapat bersifat soliter atau multipel.
Sefalohematoma pada umumnya tidak memerlukan pengobatan khusus. Biasanya mengalami resolusi sendiri dalam 2 – 8 minggu tergantung dari besar kecilnya benjolan. Sefalohematoma jarang menimbulkan perdarahan masif yang memerlukan transfusi, kecuali pada bayi yang mempunyai gangguan pembekuan. Pemeriksaan radiologik pada hematoma sefal hanya dilakukan jika ditemukan adanya gejala susunan saraf pusat atau pada hematoma sefal yang terlalu besar disertai dengan adanya riwayat kelahiran kepala yang sukar dengan atau tanpa tarikan cunam yang sulit ataupun kurang sempurna.

c.       Perdarahan Subafoneurosis
Perdarahan subafoneurosis merupakan perdarahan masif dalam jaringan lunak di bawah lapisan aponeurosis epikranial. Trauma lahir ini sering disebut pula sebagai “hematoma sefal subaponeurosis”.
Perdarahan ini disebabkan karena pecahnya pembuluh vena emisaria. Perdarahan timbul secara perlahan dan mengisi ruang jaringan yang luas, sehingga benjolan trauma lahir ini biasanya baru terlihat setelah 24 jam sampai hari kedua pasca lahir. Pada perdarahan yang cepat dan luas, benjolan dapat teraba 12 jam setelah bayi lahir. Pada umumnya bayi lahir dengan letak kepala yang tidak normal atau kelahiran dengan tindakan misalnya tarikan vakum berat.
Pada benjolan yang luas perlu dipikirkan kemungkinan adanya gangguan sistem pembekuan. Bayi perlu mendapat vitamin K.
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah perdarahan yang luas. Dalam keadaan ini mungkin dapat timbul renjatan akibat perdarahan. Pengobatan dalam keadaan ini berupa pemberian transfusi darah. Komplikasi lain adalah kemungkinan terjadinya hiperbilirubinemia akibat resorpsi timbunan darah
.
d.      Trauma Muskulus Sternokleido-Mastoideus
Adalah suatu hematoma (tumor yang dijumpai pada otot sternokleidomastoideus). Trauma ini sering disebut pula sebagai “tortikolis” otot leher. Diduga trauma terjadi akibat robeknya sarung otot sternokleido-mastoideus. Perobekan ini menimbulkan hematoma, yang bila dibiarkan akan diikuti pembentukan jaringan fibrin dan akhirnya akan menjadi jaringan sisa. Beberapa pendapat mengemukakan bahwa dasar kelainan ini telah dijumpai sejak kehidupan intrauterin sebagai gangguan pertumbuhan otot tersebut atau pengaruh posisi fetus intrauterin.
Secara klinis, umumnya benjolan baru terlihat 10 – 14 hari setelah kelahiran bayi. Benjolan terletak kira-kira dipertengahan otot sternokleido-mastoideus. Pada perabaan teraba benjolan berkonsistensi keras dengan garis tengah 1 – 2 cm, berbatas tegas, sukar digerakkan dan tidak menunjukkan adanya radang. Benjolan akan membesar dalam waktu 2 – 4 minggu kemudian. Akibatnya posisi kepala bayi akan terlihat miring ke arah bagian yang sakit, sedangkan dagu menengadah dan berputar ke arah yang berlawanan dari bagian yang sakit.
Pengobatannya dilakukan sedini mungkin dengan latihan fisioterapi. Tujuan latihan ini adalah untuk meregangkan kembali otot yang sakit agar tidak terlanjur memendek. Dengan pengobatan konservatif yang dilakukan dini dan teratur, benjolan akan hilang dalam 2 – 3 bulan.

e.       Perdarahan Subkunjungtiva
Perdarahan Subkunjungtiva adalah salah satu trauma lahir dibola mata yang dapat dilihat dari luar adalah perdarahan subkunjungtiva. Hal ini terjadi akibat dari persalinan kala II lama atau akibat dari lilitan talipusat yang erat di daerah leher.
Perdarahan ini ditandai dengan bercak merah di daerah konjungtiva, bulbi. Perdarahan dapat dijumpai pada kelahiran spontan letak kepala, walupun akan lebih sering terlihat pada kelahiran letak muka, atau letak dahi.
Pengobatan khusus umumnya tidak diperlukan. Bercak merah didaerah sklera ini umumnya akan hilang sendiri dalam waktu 1 – 2 minggu. Pada waktu proses penyembuhan, bercak tersebut akan mengalami absorpsi dan akan berubah warna menjadi jingga dan kuning. Bila perdarahan sub konjungtiva cukup besar dan dalam riwayat kelahiran bayi ditemukan kesukaran dalam mengeluarkan kepala, maka perlu dipikirkan pula kemungkinan adanya perdarahan yang lebih dalam di bola mata.

f.          Nekrosis Jaringan Lemak Subkutis
Adalah salah satu trauma lahir dibola mata yang dapat dilihat dari luar adalah perdarahan subkunjungtiva. Hal ini terjadi akibat dari persalinan kala II lama atau akibat dari lilitan talipusat yang erat di daerah leher. Perdarahan ini ditandai dengan bercak merah di daerah konjungtiva, bulbi. Perdarahan dapat dijumpai pada kelahiran spontan letak kepala, walupun akan lebih sering terlihat pada kelahiran letak muka, atau letak dahi.
Pengobatan khusus umumnya tidak diperlukan. Bercak merah didaerah sklera ini umumnya akan hilang sendiri dalam waktu 1 – 2 minggu. Pada waktu proses penyembuhan, bercak tersebut akan mengalami absorpsi dan akan berubah warna menjadi jingga dan kuning. Bila perdarahan sub konjungtiva cukup besar dan dalam riwayat kelahiran bayi ditemukan kesukaran dalam mengeluarkan kepala, maka perlu dipikirkan pula kemungkinan adanya perdarahan yang lebih dalam di bola mata.

2.2  Konsep Dasar Asuhan Kebidanan
2.2.1.  Definisi
Asuhan Kebidanan adalah aktifitas atau intervensi yang dilakukan oleh bidan kepada klien yang membutuhkan atau mempunyai permaalah dalam bidang pengetahuan.
Dalam memberikan asuhan kebidanan pada klien, bidan menggunakan metode pendekatan pemecahan masalah dengan difokuskan pada suatu proses sistematis dan analisis dalam memberikan asuhan kebidanan kita menggunakan 7 langkah Varney :
I.        Pengkajian
II.      Diagnosa, Masalah dan Kebutuhan Neonatus
III.    Identifikasi Masalah Potensial
IV.     Identifikasi Kebutuhan Segera
V.       Intervensi
VI.     Implementasi
VII.   Evaluasi

2.2.2.  Manajemen Kebidanan Varney
I.      Pengkajian
A.  Data Subyektif
1.    Biodata (Berisi biodata Neonatus & Orang tua)
Ø  Identitas Neonatus, antara lain :
a.    Nama bayi : Untuk mengetahui identitas bayi dan agar tidak terjadi suatu kesalahan besar.
b.    Jenis kelamin : Untuk mengetahui ciri-ciri secara fisik bayi sesuai JK.
c.     Tanggal lahir / umur bayi
Untuk mengetahui sebera[a lama kemampuan bayi beradaptasi dengan lingkungan.
d.    Jenis persalinan
e.     BBL : Untuk mengetahui bagaimana kecukupan gizi apakah sudah sesuai perkembangan dan pertumbuhan dibanding umur bayi.
f.     Status : Untuk mengetahui kedudukan anak dalam keluarga.
g.    Anak ke : Untuk mengetahui anak ke- agar mudah mengkaji bayi dalam kehamilan ibu termasuk resiko tinggi atau tidak.
h.    Tanggal MRS
Ø  Identitas Orang Tua
a.    Nama ayah dan ibu
Untuk mengetahui identitas orang tua bayi agar membantu pengkajian.
b.    Umur : Untuk mengetahui apakah ibu mempunyai resiko tinggi / tidak
c.     Agama : Untuk mengetahui kepercayaan orang tua bayi terhadap agama yang dianutnya sehingga memudahkan dalam melakukan asuhan dan pendekatan.
d.    Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan orang tua bayi sebagai dasar memberikan KIE (Konseling Informasi Education)
e.     Pekerjaan : Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kesehatan bayi dan aktifitasnya.
f.     Alamat : Untuk mengetahui suku daerah ibu/suami dan obat untuk membangun kepercayaan serta komunikasi.
2.    Keluhan Utama
Berisikan apa yang dirasakan oleh pasien atau keadaan neonatus pada saat ini kronologis apa, bisa neonatus sakit cacat, keadaan saat itu.
3.    Riwayat penyakit sekarang
Untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita anggota keluarga yang lain, ini kronologis apa yang terjadi pertama kali.
4.    Riwayat penyakit keluarga
Ditanyakan untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita anggota keluarga yang lain. Apakah keluarga pernah menderita penyakit menular (TBC, Hepatitis, HIV/AIDS), penyakit menurun (asma, kencing manis, darah tinggi), atau penyakit menahun (jantung).
5.    Riwayat Kehamilan dan Persalinan
a.    Riwayat Kehamilan (Prenatal)
-        Untuk mengetahui kebiasaan ibu selama hamil yakni apakah ibu rajin memeriksakan kehamilannya sehingga setiap komplikasi bisa tertangani sejak dini dan imunisasi TT ibu apakah sudah lengkap.
-        Untuk mengetahui penyakit yang diderita selama hamil
-        Makanan apa saja yang dikonsumsi sehari-hari selama masa kehamilan
-        Selain itu untuk mengetahui apakah selama hamil ibu minum jamu atau obat-obatan. Adakah pantangan dalam kegiatan sehari-hari.
b.    Riwayat Persalinan / Natal
Untuk mengetahui bagaimana proses persalinan yang meliputi cara persalinan (spontan belakang kepala / spontan letak sungsang, spontan dengan alat / sectio caesarea atas indikasi). Ditolong oleh siapa, tempat persalinan, obat yang dikonsumsi selama persalinan, misal : bagaimana air ketubannya, jam berapa ketuban pecah, apakah kala II memanjang, dll. Kemudian adakah komplikasi baik pada ibu maupun bayi.
6.    Riwayat Neonatal
Untuk mengetahui bagaimana keadaan bayi saat ahir (aterm / prematur/ matur / langsung menangis/asfiksia/ikterus/hipotermia)
Yang meliputi tanggal kelahiran, adakah cacat bawaan kongenital, jenis kelamin, berapa BBL dan PB, lingkar kepala serta (SOB, FO, MO), yang diberikan ASI / PASI.
7.    Riwayat Imunisasi
Untuk mengetahui imunisasi dasar yang telah diperoleh bayi kejadian. Ikutan pasca imunisasi tambahan yang didapatkan oleh bayi
Jenis Imunisasi
Tanggal
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
I
II
III
IV
Hepatitis B





BCG





Polio





DPT





Campak





Hb Combro





Booster






8.    Pola Kebiasaan Sehari-hari
a.    Pola nutrisi
Pada bayi baru normal kebutuhan nutrisi yaitu susu formula dan ASI yang disusui.
b.    Pola eliminasi
-          BAB : frekuensi, konsistensi, jumlah, warna, zat yang menyertai, kesulitan dan upaya untuk mengatasi. Pada bayi baru lahir normal umur 0 hari BAB lembek, warna kuning / hitam.
-          BAK : frekuensi, warnanya, adakah keluhan / kseulitan BAK banyaknya.
c.     Pola aktifitas
Untuk mengetahui apakah bayi akan menangis kual bila BAB/BAK/saat bayi lapar.
d.    Pola aktifitas
-          Lamanya tidur : frekuensi
-          Kebiasaan tidur : pakai bantal/guling/dll
-          Suasana lingkungan yang mendukung tidur.

e.     Pola personal hygiene
Untuk mengetahui bagaimana kebersihan tubuh bayi seperti berapa kali diseka / dimandikan, berapa kali ganti baju dan popok dalam sehari.

B.  Data Obyektif
1.    Pemeriksaan umum
-        Keadaan umum : bagaimana tingkat kesadaran, jenis kelamin, Apgar skor, sianosis / adakah ikterus, hipertermi atau tidak
-        Kesadaran : Untuk mengetahui tingkat kesadaran
-        TTV : Untuk mengetahui fungsi kerja organ vital
o    Suhu : Untuk mengetahui temperatur bayi (36,5-37,5oC)
o    Nadi : Untuk mengetahui frekuensi detak jantung per menit (Normal : 120 x/m – 150 x/m)
o    RR : Untuk mengetahui frekuensi pernafasan / menit (Normal : 30-60 x/menit)

2.    Pemeriksaan tumbuh kembang
a.    Pemeriksaan tumbuh
-      BBL : normal / tidak          (normal : 2500-4000 gr)
-      PB : normal/tidak              (normal : 48-54 cm)
-      LD : normal/tidak              (normal : 32-36 cm)
-      LK : normal/tidak              (normal : 32-35 cm)
o   MO : N : 35 cm              (Lingkar besar kepala)
o   FO : N : 34 cm               (Lingkar sedang kepala)
o   SOB : N : 32 cm            (Lingkar kecil kepala)
b.    Pemeriksaan kembang
-     Reflek Moro / terkejut                 :    ada / tidak
-     Tonick neck refleks/tonus leher  :    ada / tidak
-     Graps refleks / menggenggam   :    ada / tidak
-     Suckling refleks / menghisap     :    ada / tidak
-     Swallowing refleks / menelan    :    ada / tidak
-     Rooting refleks mencari putting :    ada / tidak

3.    Pemeriksaan khusus
a.    Inspeksi
-     Kepala        : Warna rambut, jenis rambut, ubun-ubun besat datar atau ada cekungan, adakah caput sucedaneum, molage/tidak, bersih/tidak. adakah benjolan abnormal pada kepala
-     Wajah         : Sianosis/tidak, oedem/tidak, simetris/tidak
-     Kulit           : Warna kulit, adakah tanda lahir/bercak hitam, adakah verniks caseosa
-     Mata           : Simetris/tidak, conjungtiva pucat/tidak, sklera icterus/tidak
-     Hidung       : Simetris/tidak, adakah sekret, adakah pernafasan cuping hidung, adakah polip
-     Mulut         : Simetris/tidak, bersih/tidak, adakah stomatis, bagaimana mulut adakah labiopalatoskizis
-     Telinga       : Simetris/tidak, bersih/ada sekret, adakah serumen
-     Leher          : - Adakah pembesaran kelenjar tiroid
- Adakah bendungan vena jugularis
- Bagaimana bentuk leher panjang/pendek
-     Dada          : Berapa ukuran lingkar dada (cm), simetris/tidak, ada tarikan dada saat pernapasan, bagaimana putting susu simetris/tidak
-     Abdomen    : Bentuk abdomen menonjol/distensi, pada umbilicus adakah perdarahan, adakah tanda-tanda infeksi disekitar tali pusat, basah/kering, apakah tali pusat sudah lepas
-     Genetalia   : Bersih/tidak, jenis kelamin laki-laki/perempuan
·       Wanita     :  apakah labia mayora menutupi labia minora, adakah pengeluaran flour albus, adakah/terdapat kelainan/tidak pada vagina
·       Laki-laki  :  testis 2 buah
-     Anus          : Adakah atresia ani, bersih/tidak, sudah keluar mekonium apa belum
-     Ekstremitas
·       Esktremitas atas   :  kedua tangan simetris/tidak, adakah gangguan pegerakan, jumlah jari lengkap, adakah kelainan kongenital
·       Ekstremitas bawah  :     kedua kaki simetris/tidak, adakah gangguan pergerakan/tidak, jumlah jari lengkap/tidak, adakah kelainan pada jari (polidaktil/mondaktil), garis telapak kaki jelas/tidak
b.    Palpasi
-     Kepala        : meraba bagian ubun-ubun cekung/cembung, memastikan tidak ada benjolan, meraba molage ada/tidak, mengukur lingkar kepala
-     Leher          : - ada pembesaran kelenjar tiroid/tidak
- ada bendungan vena jugularis/tidak
-     Dada          : ada benjolan abnormal/tidak, mengukur lingkar dada
-     Abdomen    : pembagian kuadran :

c.     Auskultasi
-     Dada          : adakah ronchi, wheezing, napas teratur atau tidak, frekuensi 120-150 x/menit
-     Abdomen    : adakah bising usus (normal 7-11 x/menit)
d.    Perkusi
-     Abdomen    : kembung/tidak
4.    Pemeriksaan Penunjang
-          Darah lengkap
-          USG
-          Foto rontgen
II.    IDENTIFIKASI DIAGNOSA, MASALAH, DAN KEBUTUHAN
Melakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagnosa berdasarkan intervensi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
·         Diagnosa : Bayi baru lahir ……. umur …… dengan ……..
DS    :  adanya komunikasi verbal, ibu, klien, keluarga, dan para medis tentang yang dialami klien tersebut. Ibu mengatakan telah melahirkan anak ke …. Jenis kelamin ….. pada tanggal …. Jam …. BBL/PB …….
DO    :  -   Keadaan umum  : Baik
-      TTV       - nadi     : 120-150 x/menit
-   suhu   : 36,5-37,5oC
-   RR       : 40-60 x/menit
-      BB/PB                  : 2500-4000 gr/48-54 cm
-      Lingkar dada       : 33-36 cm
-      Lingkar kepala    : MO       : 35 cm
SOB     : 32 cm
FO       : 34 cm
-      Tangisan bayi
-      Adakah cacat konginetal, atresia ani/tidak
-      Jenis kelamin
·         Masalah (bila ada)
·         Kebutuhan
Sesuai diagnosa dan masalah yang ditemukan, keadaan yang kemungkinan akan terjadi dan memerlukan antisipasi.
Ex :   - Nutrisi yang cukup ASI
-   Pemberian susu formula baik melalui spin, sendok, NGT
-   Perawatan bayi sehari-hari
-   Kasih sayang perawt dan

III.  IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Untuk mengetahui / mengidentifikasikan masalah potensial yang mungkin terjadi berdasarkan masalah atau diagnosa yang sudah teridentifikasikan atau berdasarkan intervensi data yang benar atas data yang telah dikumpulkan.
Ex :   - Potensial terjadi hipotensi
-   Potensial terjadi hipoglikemia
-   Potensial terjadi ikterus
-   Potensial terjadi infeksi

IV.   IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Untuk mengidentifikasikan perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.

V.     INTERVENSI
Untuk menerapkan asuhan menyeluruh yang rasional dengan temuan diri langkah sebelumnya (yaitu menentukan tujuan kriteria).
Diagnosa    : Bayi baru lahir ….. umur …… dengan ……
Tujuan       : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama IX ……. diharapkan keadaan bayi :
-          Tidak terjadi komplikasi
-          Kemampuan minum bertambah
-          Kehangatan terjaga
Kriteria Hasil
-       TTV dalam batas normal
            Nadi     : 120-160 x/menit
            S          : 36,5-37,5 oC
            RR       : 40-60 x/menit
-       BB bertambah dibanding setelah lahir
Intervensi (menyusun rencana yang menyeluruh dengan rasional)
1.    Lakukan pendekatan pada orang tua dan keluarga bayi
R/  : Dengan pendekatan terapeutik, diharapkan keluarga bayi lebih kooperatif terhdap tindakan yang dilakukan oleh petugas kesehatan.
2.    Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan dengan tekhnik aseptik
R/  : Mencegah terjadinya infeksi
3.    Timbang BB bayi
R/  : Menimbang BB bayi dapat mengetahui pertumbuhan bayi dan mendeteksi terjadinya malnutrisi
4.    Rawat tali pusat dengan menggunakan kassa steril
R/  : Tali pusat yang bersih mencegah terjadinya infeksi
5.    Berikan nutrisi sesuai kebutuhan bayi dengan menganjurkan pada ibu tetap berikan ASI
R/  : Nutrisi sesuai kebutuhan bayi dengan nutrisi dapat mencegah terjadinya hipoglikemi
6.    Segera bungkus bayi dengan selimut kering dan bersih.
R/  : Membungkus bayi akan mencegah penguapan suhu tubuh
7.    Lakukan perawatan bayi sehari-hari
R/  : Menjaga personal hygiene dan memberikan perawatan untuk memberi kenyamanan
8.    Berikan salep mata dan vit.K pada bayi setelah lahir
R/  : Dengan diberi salep mata dan Vit.K mencegah terjadinya infeksi dan perdarahan otak.
9.    Tidurkan bayi pada tempat tidur yang kering dan hangat.
R/  : Memberikan rasa nyaman dan mengurangi penguapan suhu tubuh.

VI.   IMPLEMENTASI
Mengacu pada Intervensi
Melaksanakan rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah dikumpulkan/diuraikan pada Intervensi (langkah V)

VII. EVALUASI
Mengacu Intervensi (tujuan dan kriteria) serta implementasi.
Dilaksanakan evaluasi keefektifan dan asuhan yang sudah diberikan dalam evaluasi menggunakan format SOAP.



















BAB IV
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Bayi baru lahir normal yaitu bayi yang dilahirkan sesuai usai kehamilan dengan tidak menunjukkan gejala patologis.
Tidak semua bayi baru lahir normal, biasana bayi baru lahir ada yang dalam kegawat daruratan misalnya bayi yang mengalami sesak nafas, frekuensi pernapasan 60 x/menit, gerak retraksi di dada, malas minum, panas atau suhu badan bayi rendah, berat bayi lahir rendah (1500-2500 gram) dengan kesulitan masal minum.
Namun dalam kasus By Ny “TNEONATUS LEBIH BULAN umur 8 hari dengan Trauma Kelahiran antara tinjauan kasus dan teori itu sama dan tidak ada perbedaan. Persamaan antara teori dan tinjauan kasus karena tinjauan kasus ini bayinya dalam keadaan normal jadi pemanatauan pada bayi baru lahir yaitu :
-          Suhu badan dan lingkungan
-          Tanda-tanda vital
-          Berat badan
-          Pakaian
-          Perawatan tali pusat, semuanya sama dan normal.
Perbedaan dalam teori dan tinjauan kasus jika bayi baru lahir mengalami kegawat daruratan seperti sesak nafas, frekuensi pernapasan 60 x/menit, gerak retraksi di dada, malas minum, suhu badan bayi rendah, dan berat bayi lahir rendah.

B.     SARAN
-          Asuhan yang diberikan kepada pasien lebih menekankan asuhan secara terapi karena sangan mempengaruhi kondisi klien.
-          Pelayanan yang diberikan lebih ditingkatkan.







DAFTAR PUSTAKA


Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Patologis. Jakarta : EGC.
Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta EGC.
Markum, A.H. 1991. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
More aboutASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. “T” NLB UMUR 8 HARI DENGAN TRAUMA PERSALINAN