ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. “T” NLB UMUR 8 HARI DENGAN
TRAUMA PERSALINAN
DI PAVILIUN ANGGREK
RSUD JOMBANG
Oleh :
VINA SUSILA M.S
110603132
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMKAB JOMBANG
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
2013/2014
LEMBAR PENGESAHAN
Asuahan Kebidanan Pada Bayi Ny “L” Neonatus Cukup Bulan Umur 8 Hari di PAVILIUN ANGGREK RSUD JOMBANG. Dalam rangka praktek klinik kebidanan tangga
29 APRIL 2013 s/d 12 MEI 2013.
Telah disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Tempat :
Mahasiswa
Vina Susila M. S
110603132
Mengetahui,
Pembimbing Pendidikan Pembimbingan
Klinik
Kolifah, SST M. Kes Indah
Hera Diyanti Amd. Kep
Kepala Ruangan Pavilliun Anggrek
Tri Winarni Amd. Kep
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
Rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan tugas praktek kebidanan ini yang
berjudul “ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny “L” NEONATUS
CUKUP BULAN UMUR 8 HARI DI
PAVILLIUN ANGGREK RSUD JOMBANG
Dalam penyusunan asuhan kebidanan ini tidak lepas dari berbagai pihak.
Oleh karena itu pada kesempaan ini kami menyampaikan terima kasih kepada :
- Tri Winarni Amd. Kep Selaku Kepala Ruangan Pavilliun Anggrek RSUD JOMBANG
- Indah Hera Diyanti Amd.Kep. Selaku pembimbing praktek di Pavilliun Anggrek RSUD JOMBANG.
- Kolifah, SST M. Kes selaku Ka Prodi D III kebidanan Stikes Pemkab Jombang.
- Kolifah, SST M. Kes selaku pembimbing akademik D III kebidanan Stikes Pemkab Jombang.
Tujuan dari pembuatan asuhan kebidanan ini selain sebagai tugas praktek
kebidanan ini juga sebagai penunjang bagi pembaca dalam pembuatan asuhan
kebidanan. Pembuatan asuhan kebidanan ini bukanlah pekerjaan yang ringan maupun
pekerjaan yang berat. Untuk itu jika ada kesalahan baik dari kata, bahasa
maupun isinya kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Jombang,
2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pelayanan kesehatan neonatal harus dimulai sebelum bayi dilahirkan,
melalui pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil. Berbagai upaya
untuk pencegahan dan penanggulangan dini terhadap faktor-faktor yang melemahkan
kondisi seorang ibu hamil perlu diprioritasan. Disamping itu perlu dilakukan
pembinaan kesehatan prenatal yang baik dan penanggulangan faktor-faktor yang
menyebabkan kematian prenatal yang meliputi perdarahan. Hipotermi, infeksi,
kelahiran preterm, asfiksia.
Penelitian telah menunjukkan bahwa lebih dari 50 % kematian bayi terjadi
dalam periode neonatal yanitu dalam bulan pertama kehidupan, kurang baiknya
penanganan BBL sehat akat menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat
mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian.
Masalah-masalah
yang terjadi pada bayi baru lahir yang diakibatkan oleh tindakan-tindakan yang
dilakukan pada saat persalinan sangatlah beragam.Trauma akibat tindakan, cara
persalinan atau gangguan kelainan fisiologik persalinan yang sering kita sebut
sebagai cedera atau trauma lahir. Partus yang lama akan menyebabkan adanya
tekanan tulang pelvis. Kebanyakan cedera lahir ini akan menghilang sendiri
dengan perawatan yang baik dan
adekuat.Kelainan yang terjadi pada kelahiran cunam/vakum biasanya disebabkan
oleh tarikan atau tahanan dinding jalan lahir terhadap kepala bayi.
1.
Kelainan Perifer
a.
Molding
b.
Kaput suksedanum
c.
Sefalhematum
d.
Perdarahan
subaponeurosis
e.
Kerusakan saraf
perifer
f.
Trauma pada
kulit
g.
Perdarahan
subkojungtiva Perdarahan retina
2.
Kelainan Sentral
a.
Iritasi sentral
b.
Perdarahan/gangguan
sirkulasi otak
c.
Keluhan dengan
seksio sesarea
d.
Kelainan
presentasi bokong
e.
Kelahiran
presentasi muka
f.
Kelahiran letak
lintang
B.
TUJUAN PENULISAN
1.
Tujuan Umum
Menerapkan dan mengembangkan pola pikir ilmiah dalam proses asuhan
kebidanan nyata serta mendapat pengalaman dalam menerapkan masalah pada BBL
normal dengan menggunakan manajemen kebidanan Varney.
2.
Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal diharapka
mampu :
a.
Melakukan pengkajian data.
b.
Interpretasi data.
c.
Mengidentifikasikan masalah dan diagnosa potensial.
d.
Mengidentifikasikan kebutuhan segera.
e.
Merumuskan suatu tindakan sesuai dengan apa yang direncanakan.
f.
Mengevaluasi sejauh mana keberhasilan yang telah dicapai.
g.
Mendokumentasikan secara benar.
3.
Batasan Masalah
Masalah yang kami ambil yaitu : ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny “T” NEONATUS LEWAT BULAN UMUR 8 HARI DENGAN
TRAUMA PERSALINAN DI PAVILLIUN ANGGREK RSUD JOMBANG.
C.
MANFAAT PENULISAN
1.
Bagi Institusi
Sebagai bahan kepustakaan bagi yang membutuhkan asuhan kebidanan dan
pengetahuan dibidang keperawatan bayi baru lahir.
2.
Bagi Klien
Agar klien mendapatkan perawatan dan penanganan khusus sesuai asuhan
kebidanan dan pengetahuan dibidang keperawatan bayi baru lahir.
3.
Bagi Penulis
Mendapatkan pengalaman serta dapat menerapkan ilmu yang sudah diperoleh
di pendidikan. Untuk mendapatkan atau menambah ilmu yang luas dan meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan.
D.
METODE PENGUMPULAN DATA
1.
Studi kepustakaan
2.
Pemeriksaan fisik
3.
Observasi
4.
Dokumentasi
E.
SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B.
Tujuan Penulisan
C.
Manfaat Penulisan
D.
Metode Pengumpulan Data
E.
Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Landasan Teori
B.
Konsep Management Kebidanan
BAB III TINJAUAN KASUS
A.
Pengkajian Data
B.
Interpretasi Data Dasar
C.
Diagnosa / Masalah Potensial
D.
Identifikasi Kebutuhan dan Tindakan Segera
E.
Intervensi
F.
Implementasi
G.
Evaluasi
BAB IV PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Bayi Baru
Lahir Dengan Trauma Kelahiran
2.1.1
Definisi
Trauma atau Cedera Kelahiran
Trauma
lahir merupakan perlakuan pada bayi baru lahir yang terjadi dalam proses
persalinan atau kelahiran (IKA, Jilid I). Luka yang terjadi pada saat
melahirkan amniosentesis, transfusi, intrauterin, akibat pengambilan darah vena
kulit kepala fetus, dan luka yang terjadi pada waktu melakukan resusitasi aktif
tidak termasuk dalam pengertian. Perlakukan kelahiran atau trauma lahir.
Pengertian perlakuaan kelahiran sendiri dapat berarti luas, yaitu sebagai
trauma mekanis atau sering disebut trauma lahir dan trauma hipoksik yang
disebut sebagai Asfiksia. Trauma lahir mungkin masih dapat dihindari atau
dicegah, tetapi ada kalanya keadaan ini sukar untuk dicegah lagi sekalipun telah
ditangani oleh seorang ahli yang terlatih.
Angka
kejadian trauma lahir pada beberapa tahun terakhir ini menunjukkan
kecenderungan menurun. Hal ini disebabkan banyak kemajuan dalam bidang
obstetri, khususnya pertimbangan seksio sesarea atau indikasi adanya
kemungkinan kesulitan melahirkan bayi. Cara kelahiran bayi sangat erat
hubungannya dengan angka kejadian trauma lahir. Angka kejadian trauma lahir
yang mempunyai arti secara klinis berkisar antara 2 sampai 7 per seribu
kelahiran hidup. Berapa faktor risiko yang dapat menaikkan angka kejadian
trauma lahir antara lain adalah makrosomia, malprensentasi, presentasi ganda,
disproporsi sefala pelvik, kelahiran dengan tindakan persalinan lama,
persalinan presipitatus, bayi kurang bulan, distosia bahu, dan akhirnya faktor
manusia penolong persalinan. Lokasi atau tempat trauma lahir sangat erat
hubungannya dengan cara lahir bayi tersebut atau phantom yang dilakukan
penolong persalinan waktu melahirkan bayi. Dengan demikian cara lahir tertentu
umumnya mempunyai predisposisi lokasi trauma lahir tertentu pula.
2.1.2
Trauma
Kelahiran dikarenakan Perlakuan
Pada Susunan Syaraf
Paralis Pleksus Brakialis Brachial Palsy ada 2 jenis,
yakni :
a.
Paralisis Erb-Duchene
Kerusakan cabang-cabang C5 – C6 dari
pleksus biokialis menyebabkan kelemahan dan kelumpuhan lengan untuk fleksi,
abduksi, dan memutar lengan keluar serta hilangnya refleks biseps dan moro.
Lengan berada dalam posisi abduksi, putaran ke dalam, lengan bawah dalam
pranasi, dan telapak tangan ke dorsal. Pada trauma lahir Erb, perlu
diperhatikan kemungkinan terbukannya pula serabut saraf frenikus yang
menginervasi otot diafragma.
Pada trauma yang ringan yang hanya
berupa edema atau perdarahan ringan pada pangkal saraf, fiksasi hanya dilakukan
beberapa hari atau 1 – 2 minggu untuk memberi kesempatan penyembuhan yang
kemudian diikuti program mobilisasi atau latihan. Upaya ini dilakukan antara
lain dengan jalan imobilisasi pada posisi tertentu selama 1 – 2 minggu yang
kemudian diikuti program latihan. Pada trauma ini imobilisasi dilakukan dengan
cara fiksasi lengan yang sakit dalam posisi yang berlawanan dengan posisi
karakteristik kelumpuhan Erg. Lengan yang sakit difiksasi dalam posisi abduksi
900 disertai eksorotasi pada sendi bahu, fleksi 900.
b.
Paralisis Klumpke
Kerusakan cabang-cabang C8 – Ih1
pleksus brakialis menyebabkan kelemahan lengan otot-otot fleksus pergelangan,
maka bayi tidak dapat mengepal.
Penyebabnya adalah tarikan yang kuat daerah leher pada kelahiran bayi menyebabkan kerusakan pada pleksus brakialis. Sering dijumpai pada letak sungsang atau pada letak kepala bila terjadi distosia bahu. Penatalaksanaan trauma lahir klumpke berupa imbolisasi dengan memasang bidang pada telapak tangan dan sendiri tangan yang sakit pada posisi netrak yang selanjutnya diusahakan program latihan.
Penyebabnya adalah tarikan yang kuat daerah leher pada kelahiran bayi menyebabkan kerusakan pada pleksus brakialis. Sering dijumpai pada letak sungsang atau pada letak kepala bila terjadi distosia bahu. Penatalaksanaan trauma lahir klumpke berupa imbolisasi dengan memasang bidang pada telapak tangan dan sendiri tangan yang sakit pada posisi netrak yang selanjutnya diusahakan program latihan.
c.
Paralisis Nervus Frenikus
Trauma lahir saraf frenikus terjadi
akibat kerusakan serabut saraf C3, 4, 5 yang merupakan salah satu gugusan saraf
dalam pleksus brakialis. Serabut saraf frenikus berfungsi menginervasi otot
diafragma, sehingga pada gangguan radiologik, yang menunjukkan adanya elevasi
diafragma yang sakit serta pergeseran mediastinum dan jantung ke arah yang
berlawanan
d.
Kerusakan Medulla Spinalis
Gejala tergantung bagian mana dari
medulla spinalis yang rusak, dijumpai gangguan pernafasan, kelumpuhan kedua
tungkai dan retensiourin. Hal ini dapat terjadi letak sungsang, presentasi muka
dan dahi, atau pada distosia persalinan, disebabkan tarikan, hiperfleksi, atau
hiperekstensi yang berlebihan. Penanganan dengan berkonsutasi pada bagian
Neurologi.
e.
Paralisis Pita Suara
Terjadi kerusakan pada cabang lain
n. vagus menyebabkan gangguan suara (afonia), stridor inspirasi, atau sindroma
gangguan pernafasan. Hal ini disebabkan tarikan, hiperfleksi atau hiperekstensi
yang berlebihan di daerah leher sewaktu persalinan. Kelainan ini dapat
menghilang sendiri setelah 4 – 6 minggu tetapi pada yang berat memerlukan
penanganan khusus seperti trakeostomi.
2.1.3
Trauma
Kelahiran dikarenakan Fraktur
(Patah Tulang)
a.
Fraktur Tulang Tengkorak
Trauma ini biasanya ditemukan pada
kesukaran melahirkan kepala bayi yang mengakibatkan terjadinya tekanan yang
keras pada kepala bayi oleh tulang pervis ibu. Kemungkinan lain terjadinya
trauma ini adalah pada kelahiran cunam yang disebabkan oleh jepitan keras
umumnya berupa fraktur linier atau fraktur depresi, fraktur basis kranu jarang
terjadi.
fraktur linier ini disertai
perdarahan ke arah subdural atau subarachnoid. Diagnosa fraktur atau fisura linier
tanpa komplikasi tidak memerlukan tindakan khusus, tetapi pemeriksaan ulang
radiologik perlu memerlukan 4 – 6 minggu kemudian untuk meyakinkan telah
terjadinya penutupan fraktur linier tersebut, di samping untuk mengetahui
secara dini kemungkinan terjadinya kista leptomeningeal di bawah tempat
fraktur. Prognosis fraktur linier baik, biasanya akan sembuh sedini dalam
beberapa minggu. Bila terjadi komplikasi seperti kista. Pengobatan oleh bidang
bedah syaraf harus dilakukan sedini mungkin.
b.
Fraktur Tulang Klavikula
Fraktur tulang klavikula merupakan trauma lahir pada
tulang yang tersering ditemukan dibandingkan dengan trauma tulang lainnya.
Trauma ini ditemukan pada kelahiran letak kepala yang mengalami kesukaran pada
waktu melahirkan bahu, atau sering pula ditemukan pada waktu melahirkan bahu
atau sering juga terjadi pada lahir letak sungsang dengan tangan menjungkit ke
atas.
Gejala Klinis Yang perlu diperhatikan terhadap
kemungkinan adanya trauma lahir klavikula jenis greenstick adalah :
1.
Gerakan tangan kanan-kiri
tidak sama
2.
Refleks moro asimotris
3.
Bayi menangis pada perabaan
tulang klavikula
4.
Gerakan pasif tangan yang
sakit disertai riwayat persalinan yang sukar.
5.
Pengobatan trauma lahir
fraktur tulang kavikula
c.
Fraktur Tulang Humerus
Fraktur tulang humerus umumnya terjadi pada kelahiran
letak sungsang dengan tangan menjungkit ke atas. Kesukaran melahirkan tangan
yang menjungkit merupakan penyebab terjadinya tulang humerus yang fraktur. Pada
kelahiran presentasi kepala dapat pula ditemukan fraktur ini, jika ditemukan
ada tekanan keras dan langsung pada tulang humerus oleh tulang pelvis. Jenis
frakturnya berupa greenstick atau fraktur total.
Gejala Klinis :
1.
Berkurangnya gerakan tangan
yang sakit
2.
Refleks moro asimetris
3.
Terabanya deformitas dan
krepotasi di daerah fraktur disertai rasa sakit
4.
Terjadinya tangisan bayi
pada gerakan pasif
d.
Fraktur Tulang Femur
Umumnya fraktur pada kelahiran sungsang dengan kesukaran
melahirkan kaki. Letak fraktur dapat terjadi di daerah epifisis, batang tulang
leher tulang femur.
Gejala Klinis :
1.
Diketahui beberapa hari
kemudian dengan ditemukan adanya gerakan kaki
yang berkurang dan asimetris.
2.
Adanya gerakan asimetris
serta ditemukannya deformitas dan krepitasi pada tulang femur.
Diagnosis
pasti ditegakkan dengan pemeriksaan radiologik.
1.
Pengobatan fraktur tulang
femur
2.
Imobilisasi tungkai bawah
dengan jalan fiksasi yang diikuti oleh program latihan
3.
Dirujuk ke bagian bedah
tulang
2.1.4
Trauma
Kelahiran dikarenakan Perlakuan
Jaringan Lunak Bayi Baru Lahir
a.
Kaput Suksedaneum
Caput suksedaneum adalah
Kelainan ini akibat sekunder dari tekanan uterus atau dinding vagina pada
kepala bayi sebatas caput. Keadaan ini dapat pula terjadi pada kelahiran
spontan dan biasanya menghilang dalam 2-4 hari setelah lahir. Tidak diperlukan
tindakan dan tidak ada gejala sisa yang dilaporkan. (Prawirohardjo, 2007).
Penyebab Kaput suksedaneum terjadi karena adanya tekanan yang kuat pada
kepala pada saat memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi
perifer dan limfe yang disertai dengan pengeluaran cairan tubuh ke jaringan
ekstravaskuler. Keadaan ini bisa terjadi pada partus lama atau persalinan
dengan Vaccum ektrasi. (Dewi, 2010).
Gejala Klinis
a. Udema di kepala
b. Terasa lembut dan lunak pada perabaan
c. Benjolan berisi serum dan kadang bercampur dengan darah
d. Udema melampaui tulang tengkorak
e. Batas yang tidak jelas
f. Permukaan kulit pada benjolan berwarna ungu atau kemerahan
g. Benjolan akan menghilang sekitar 2-3 minggu tanpa pengobatan
Penatalaksanaa
a.
Perawatan
bayi sama dengan perawatan bayi normal.
b.
Pengawasan
keadaan umum bayi.
c.
Berikan
lingkungan yang baik, adanya ventilasi dan sinar matahari yang cukup.
d.
Pemberian
ASI yang adekuat, bidan harus mengajarkan pada ibu teknik menyusui dengan
benar.
e.
Pencegahan
infeksi harus dilakukan untuk menghindari adanya infeksi pada benjolan.
f.
Berikan
konseling pada orang tua, tentang:
1.
Keadaan
trauma yang dialami oleh bayi;
2.
Jelaskan
bahwa benjolan akan menghilang dengan sendirinya setelah sampai 3 minggu tanpa
pengobatan.
3.
Perawatan
bayi sehari-hari.
4.
Manfaat dan
teknik pemberian ASI.
b.
Sefalohematoma
Sefalohematoma merupakan suatu
perdarahan subperiostal tulang tengkorak berbatas tegas pada tulang yang bersangkutan
dan tidak melewati sutura. Sefalohematoma timbul pada persalinan dengan
tindakan seperti tarikan vakum atau cunam, bahkan dapat pula terjadi pada
kelahiran sungsang yang mengalami kesukaran melahirkan kepala bayi. Akibatnya
timbul timbunan darah di daerah subperiost yang dari luar terlihat sebagian
benjolan.
Secara klinis benjolan
Sefalohematoma benbentuk benjolan difus, berbatas tegas, tidak melampaui sutura
karena periost tulang berakhir di sutura. Pada perabaan teraba adanya fluktuasi
karena merupakan suatu timbunan darah yang letaknya dirongga subperiost yang
terjadi ini sifatnya perlahan-lahan benjolan timbul biasanya baru tampak jelas
beberapa jam setelah bayi lahir (umur 6 – 8 jam) dan dapat membesar sampai hari
kedua atau ketiga. Sefalohematoma biasanya tampak di daerah tulang perietal,
kadang-kadang ditemukan ditulang frontal.
Benjolan hematoma sefal dapat
bersifat soliter atau multipel.
Sefalohematoma pada umumnya tidak memerlukan pengobatan khusus. Biasanya mengalami resolusi sendiri dalam 2 – 8 minggu tergantung dari besar kecilnya benjolan. Sefalohematoma jarang menimbulkan perdarahan masif yang memerlukan transfusi, kecuali pada bayi yang mempunyai gangguan pembekuan. Pemeriksaan radiologik pada hematoma sefal hanya dilakukan jika ditemukan adanya gejala susunan saraf pusat atau pada hematoma sefal yang terlalu besar disertai dengan adanya riwayat kelahiran kepala yang sukar dengan atau tanpa tarikan cunam yang sulit ataupun kurang sempurna.
Sefalohematoma pada umumnya tidak memerlukan pengobatan khusus. Biasanya mengalami resolusi sendiri dalam 2 – 8 minggu tergantung dari besar kecilnya benjolan. Sefalohematoma jarang menimbulkan perdarahan masif yang memerlukan transfusi, kecuali pada bayi yang mempunyai gangguan pembekuan. Pemeriksaan radiologik pada hematoma sefal hanya dilakukan jika ditemukan adanya gejala susunan saraf pusat atau pada hematoma sefal yang terlalu besar disertai dengan adanya riwayat kelahiran kepala yang sukar dengan atau tanpa tarikan cunam yang sulit ataupun kurang sempurna.
c. Perdarahan Subafoneurosis
Perdarahan subafoneurosis merupakan
perdarahan masif dalam jaringan lunak di bawah lapisan aponeurosis epikranial.
Trauma lahir ini sering disebut pula sebagai “hematoma sefal subaponeurosis”.
Perdarahan ini disebabkan karena
pecahnya pembuluh vena emisaria. Perdarahan timbul secara perlahan dan mengisi
ruang jaringan yang luas, sehingga benjolan trauma lahir ini biasanya baru
terlihat setelah 24 jam sampai hari kedua pasca lahir. Pada perdarahan yang
cepat dan luas, benjolan dapat teraba 12 jam setelah bayi lahir. Pada umumnya
bayi lahir dengan letak kepala yang tidak normal atau kelahiran dengan tindakan
misalnya tarikan vakum berat.
Pada benjolan yang luas perlu dipikirkan kemungkinan adanya gangguan sistem pembekuan. Bayi perlu mendapat vitamin K.
Pada benjolan yang luas perlu dipikirkan kemungkinan adanya gangguan sistem pembekuan. Bayi perlu mendapat vitamin K.
Komplikasi yang mungkin terjadi
adalah perdarahan yang luas. Dalam keadaan ini mungkin dapat timbul renjatan
akibat perdarahan. Pengobatan dalam keadaan ini berupa pemberian transfusi
darah. Komplikasi lain adalah kemungkinan terjadinya hiperbilirubinemia akibat
resorpsi timbunan darah
.
d. Trauma Muskulus Sternokleido-Mastoideus
Adalah suatu hematoma (tumor yang
dijumpai pada otot sternokleidomastoideus). Trauma ini sering disebut pula
sebagai “tortikolis” otot leher. Diduga trauma terjadi akibat robeknya sarung
otot sternokleido-mastoideus. Perobekan ini menimbulkan hematoma, yang bila
dibiarkan akan diikuti pembentukan jaringan fibrin dan akhirnya akan menjadi
jaringan sisa. Beberapa pendapat mengemukakan bahwa dasar kelainan ini telah
dijumpai sejak kehidupan intrauterin sebagai gangguan pertumbuhan otot tersebut
atau pengaruh posisi fetus intrauterin.
Secara klinis, umumnya benjolan baru
terlihat 10 – 14 hari setelah kelahiran bayi. Benjolan terletak kira-kira
dipertengahan otot sternokleido-mastoideus. Pada perabaan teraba benjolan
berkonsistensi keras dengan garis tengah 1 – 2 cm, berbatas tegas, sukar
digerakkan dan tidak menunjukkan adanya radang. Benjolan akan membesar dalam
waktu 2 – 4 minggu kemudian. Akibatnya posisi kepala bayi akan terlihat miring
ke arah bagian yang sakit, sedangkan dagu menengadah dan berputar ke arah yang
berlawanan dari bagian yang sakit.
Pengobatannya dilakukan sedini
mungkin dengan latihan fisioterapi. Tujuan latihan ini adalah untuk meregangkan
kembali otot yang sakit agar tidak terlanjur memendek. Dengan pengobatan
konservatif yang dilakukan dini dan teratur, benjolan akan hilang dalam 2 – 3
bulan.
e. Perdarahan Subkunjungtiva
Perdarahan Subkunjungtiva adalah
salah satu trauma lahir dibola mata yang dapat dilihat dari luar adalah
perdarahan subkunjungtiva. Hal ini terjadi akibat dari persalinan kala II lama
atau akibat dari lilitan talipusat yang erat di daerah leher.
Perdarahan ini ditandai dengan
bercak merah di daerah konjungtiva, bulbi. Perdarahan dapat dijumpai pada
kelahiran spontan letak kepala, walupun akan lebih sering terlihat pada
kelahiran letak muka, atau letak dahi.
Pengobatan khusus umumnya tidak
diperlukan. Bercak merah didaerah sklera ini umumnya akan hilang sendiri dalam
waktu 1 – 2 minggu. Pada waktu proses penyembuhan, bercak tersebut akan
mengalami absorpsi dan akan berubah warna menjadi jingga dan kuning. Bila
perdarahan sub konjungtiva cukup besar dan dalam riwayat kelahiran bayi
ditemukan kesukaran dalam mengeluarkan kepala, maka perlu dipikirkan pula
kemungkinan adanya perdarahan yang lebih dalam di bola mata.
f.
Nekrosis Jaringan Lemak
Subkutis
Adalah salah satu trauma lahir
dibola mata yang dapat dilihat dari luar adalah perdarahan subkunjungtiva. Hal
ini terjadi akibat dari persalinan kala II lama atau akibat dari lilitan
talipusat yang erat di daerah leher. Perdarahan ini ditandai dengan bercak
merah di daerah konjungtiva, bulbi. Perdarahan dapat dijumpai pada kelahiran
spontan letak kepala, walupun akan lebih sering terlihat pada kelahiran letak
muka, atau letak dahi.
Pengobatan khusus umumnya tidak
diperlukan. Bercak merah didaerah sklera ini umumnya akan hilang sendiri dalam
waktu 1 – 2 minggu. Pada waktu proses penyembuhan, bercak tersebut akan
mengalami absorpsi dan akan berubah warna menjadi jingga dan kuning. Bila
perdarahan sub konjungtiva cukup besar dan dalam riwayat kelahiran bayi
ditemukan kesukaran dalam mengeluarkan kepala, maka perlu dipikirkan pula
kemungkinan adanya perdarahan yang lebih dalam di bola mata.
2.2 Konsep Dasar Asuhan
Kebidanan
2.2.1.
Definisi
Asuhan Kebidanan adalah aktifitas atau intervensi yang dilakukan oleh
bidan kepada klien yang membutuhkan atau mempunyai permaalah dalam bidang
pengetahuan.
Dalam memberikan asuhan kebidanan pada klien, bidan menggunakan metode
pendekatan pemecahan masalah dengan difokuskan pada suatu proses sistematis dan
analisis dalam memberikan asuhan kebidanan kita menggunakan 7 langkah Varney :
I.
Pengkajian
II. Diagnosa, Masalah dan Kebutuhan Neonatus
III. Identifikasi Masalah Potensial
IV. Identifikasi Kebutuhan Segera
V. Intervensi
VI. Implementasi
VII. Evaluasi
2.2.2.
Manajemen Kebidanan Varney
I. Pengkajian
A. Data Subyektif
1.
Biodata (Berisi biodata Neonatus & Orang tua)
Ø
Identitas Neonatus, antara
lain :
a. Nama bayi : Untuk mengetahui identitas bayi dan agar tidak
terjadi suatu kesalahan besar.
b. Jenis kelamin : Untuk mengetahui ciri-ciri secara fisik bayi
sesuai JK.
c. Tanggal lahir / umur bayi
Untuk
mengetahui sebera[a lama kemampuan bayi beradaptasi dengan lingkungan.
d. Jenis persalinan
e. BBL : Untuk mengetahui bagaimana kecukupan gizi apakah sudah
sesuai perkembangan dan pertumbuhan dibanding umur bayi.
f. Status : Untuk mengetahui kedudukan anak dalam keluarga.
g. Anak ke : Untuk mengetahui anak ke- agar mudah mengkaji bayi
dalam kehamilan ibu termasuk resiko tinggi atau tidak.
h. Tanggal MRS
Ø
Identitas Orang Tua
a. Nama ayah dan ibu
Untuk
mengetahui identitas orang tua bayi agar membantu pengkajian.
b. Umur : Untuk mengetahui apakah ibu mempunyai resiko tinggi /
tidak
c. Agama : Untuk mengetahui kepercayaan orang tua bayi terhadap
agama yang dianutnya sehingga memudahkan dalam melakukan asuhan dan pendekatan.
d. Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan orang tua bayi
sebagai dasar memberikan KIE (Konseling Informasi Education)
e. Pekerjaan : Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kesehatan bayi
dan aktifitasnya.
f. Alamat : Untuk mengetahui suku daerah ibu/suami dan obat untuk
membangun kepercayaan serta komunikasi.
2. Keluhan Utama
Berisikan apa yang dirasakan oleh pasien
atau keadaan neonatus pada saat ini kronologis apa, bisa neonatus sakit cacat,
keadaan saat itu.
3. Riwayat penyakit sekarang
Untuk
mengetahui penyakit yang pernah diderita anggota keluarga yang lain, ini
kronologis apa yang terjadi pertama kali.
4. Riwayat penyakit keluarga
Ditanyakan
untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita anggota keluarga yang lain.
Apakah keluarga pernah menderita penyakit menular (TBC, Hepatitis, HIV/AIDS),
penyakit menurun (asma, kencing manis, darah tinggi), atau penyakit menahun
(jantung).
5. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
a. Riwayat Kehamilan (Prenatal)
-
Untuk mengetahui kebiasaan
ibu selama hamil yakni apakah ibu rajin memeriksakan kehamilannya sehingga
setiap komplikasi bisa tertangani sejak dini dan imunisasi TT ibu apakah sudah
lengkap.
-
Untuk mengetahui penyakit
yang diderita selama hamil
-
Makanan apa saja yang dikonsumsi sehari-hari selama
masa kehamilan
-
Selain itu untuk mengetahui apakah selama hamil
ibu minum jamu atau obat-obatan. Adakah pantangan dalam kegiatan
sehari-hari.
b. Riwayat Persalinan / Natal
Untuk
mengetahui bagaimana proses persalinan yang meliputi cara persalinan (spontan
belakang kepala / spontan letak sungsang, spontan dengan alat / sectio caesarea
atas indikasi). Ditolong oleh siapa, tempat persalinan, obat yang dikonsumsi
selama persalinan, misal : bagaimana air ketubannya, jam berapa ketuban pecah,
apakah kala II memanjang, dll. Kemudian adakah komplikasi baik pada ibu maupun
bayi.
6. Riwayat Neonatal
Untuk
mengetahui bagaimana keadaan bayi saat ahir (aterm / prematur/ matur / langsung
menangis/asfiksia/ikterus/hipotermia)
Yang
meliputi tanggal kelahiran, adakah cacat bawaan kongenital, jenis kelamin,
berapa BBL dan PB, lingkar kepala serta (SOB, FO, MO), yang diberikan ASI /
PASI.
7. Riwayat Imunisasi
Untuk
mengetahui imunisasi dasar yang telah diperoleh bayi kejadian. Ikutan pasca imunisasi tambahan yang didapatkan
oleh bayi
Jenis
Imunisasi
|
Tanggal
|
Kejadian
Ikutan Pasca Imunisasi
|
|||
I
|
II
|
III
|
IV
|
||
Hepatitis B
|
|
|
|
|
|
BCG
|
|
|
|
|
|
Polio
|
|
|
|
|
|
DPT
|
|
|
|
|
|
Campak
|
|
|
|
|
|
Hb Combro
|
|
|
|
|
|
Booster
|
|
|
|
|
|
8. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola nutrisi
Pada bayi baru
normal kebutuhan nutrisi yaitu susu formula dan ASI yang disusui.
b. Pola eliminasi
-
BAB : frekuensi,
konsistensi, jumlah, warna, zat yang menyertai, kesulitan dan upaya untuk
mengatasi. Pada bayi baru lahir normal umur 0 hari BAB lembek, warna kuning /
hitam.
-
BAK : frekuensi, warnanya,
adakah keluhan / kseulitan BAK banyaknya.
c. Pola aktifitas
Untuk
mengetahui apakah bayi akan menangis kual bila BAB/BAK/saat bayi lapar.
d. Pola aktifitas
-
Lamanya tidur : frekuensi
-
Kebiasaan tidur : pakai
bantal/guling/dll
-
Suasana lingkungan yang mendukung tidur.
e. Pola personal hygiene
Untuk
mengetahui bagaimana kebersihan tubuh bayi seperti berapa kali diseka /
dimandikan, berapa kali ganti baju dan popok dalam sehari.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
-
Keadaan umum : bagaimana
tingkat kesadaran, jenis kelamin, Apgar skor, sianosis / adakah ikterus,
hipertermi atau tidak
-
Kesadaran : Untuk
mengetahui tingkat kesadaran
-
TTV : Untuk mengetahui
fungsi kerja organ vital
o
Suhu : Untuk mengetahui
temperatur bayi (36,5-37,5oC)
o
Nadi : Untuk mengetahui frekuensi detak jantung
per menit (Normal : 120 x/m – 150 x/m)
o
RR : Untuk mengetahui
frekuensi pernafasan / menit (Normal
: 30-60 x/menit)
2. Pemeriksaan tumbuh kembang
a. Pemeriksaan tumbuh
- BBL : normal / tidak (normal : 2500-4000 gr)
- PB : normal/tidak (normal : 48-54 cm)
- LD : normal/tidak (normal : 32-36 cm)
- LK : normal/tidak (normal : 32-35 cm)
o
MO : N : 35 cm (Lingkar
besar kepala)
o
FO : N : 34 cm (Lingkar
sedang kepala)
o
SOB : N : 32 cm (Lingkar
kecil kepala)
b. Pemeriksaan kembang
-
Reflek Moro / terkejut : ada / tidak
-
Tonick neck refleks/tonus
leher : ada
/ tidak
-
Graps refleks / menggenggam : ada
/ tidak
-
Suckling refleks /
menghisap : ada / tidak
-
Swallowing refleks /
menelan : ada / tidak
- Rooting
refleks mencari putting : ada / tidak
3. Pemeriksaan khusus
a. Inspeksi
-
Kepala : Warna
rambut, jenis rambut, ubun-ubun besat datar atau ada cekungan, adakah caput
sucedaneum, molage/tidak, bersih/tidak. adakah benjolan abnormal pada kepala
- Wajah : Sianosis/tidak,
oedem/tidak, simetris/tidak
- Kulit : Warna
kulit, adakah tanda lahir/bercak hitam, adakah verniks caseosa
- Mata : Simetris/tidak,
conjungtiva pucat/tidak, sklera icterus/tidak
- Hidung : Simetris/tidak,
adakah sekret, adakah pernafasan cuping hidung, adakah polip
- Mulut : Simetris/tidak,
bersih/tidak, adakah stomatis, bagaimana mulut adakah labiopalatoskizis
- Telinga : Simetris/tidak,
bersih/ada sekret, adakah serumen
-
Leher : -
Adakah pembesaran kelenjar tiroid
- Adakah
bendungan vena jugularis
-
Bagaimana bentuk leher panjang/pendek
-
Dada : Berapa ukuran
lingkar dada (cm), simetris/tidak, ada tarikan dada saat pernapasan, bagaimana
putting susu simetris/tidak
-
Abdomen : Bentuk
abdomen menonjol/distensi, pada umbilicus adakah perdarahan, adakah tanda-tanda
infeksi disekitar tali pusat, basah/kering, apakah tali pusat sudah lepas
- Genetalia : Bersih/tidak,
jenis kelamin laki-laki/perempuan
· Wanita : apakah
labia mayora menutupi labia minora, adakah pengeluaran flour albus,
adakah/terdapat kelainan/tidak pada vagina
·
Laki-laki : testis
2 buah
-
Anus : Adakah atresia ani,
bersih/tidak, sudah keluar mekonium apa belum
-
Ekstremitas
·
Esktremitas atas : kedua
tangan simetris/tidak, adakah gangguan pegerakan, jumlah jari lengkap, adakah
kelainan kongenital
·
Ekstremitas bawah : kedua
kaki simetris/tidak, adakah gangguan pergerakan/tidak, jumlah jari lengkap/tidak,
adakah kelainan pada jari (polidaktil/mondaktil), garis telapak kaki
jelas/tidak
b. Palpasi
-
Kepala : meraba
bagian ubun-ubun cekung/cembung, memastikan tidak ada benjolan, meraba molage
ada/tidak, mengukur lingkar kepala
-
Leher : -
ada pembesaran kelenjar tiroid/tidak
- ada
bendungan vena jugularis/tidak
- Dada : ada
benjolan abnormal/tidak, mengukur lingkar dada
-
Abdomen : pembagian
kuadran :
c. Auskultasi
-
Dada : adakah ronchi,
wheezing, napas teratur atau tidak, frekuensi 120-150 x/menit
- Abdomen : adakah
bising usus (normal 7-11 x/menit)
d. Perkusi
-
Abdomen : kembung/tidak
4. Pemeriksaan Penunjang
-
Darah lengkap
-
USG
-
Foto rontgen
II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA, MASALAH, DAN KEBUTUHAN
Melakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau
diagnosa berdasarkan intervensi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan.
·
Diagnosa : Bayi baru lahir
……. umur …… dengan ……..
DS : adanya komunikasi verbal, ibu, klien,
keluarga, dan para medis tentang yang dialami klien tersebut. Ibu mengatakan
telah melahirkan anak ke …. Jenis kelamin ….. pada tanggal …. Jam …. BBL/PB …….
DO : - Keadaan
umum : Baik
-
TTV -
nadi : 120-150 x/menit
-
suhu : 36,5-37,5oC
-
RR : 40-60 x/menit
-
BB/PB : 2500-4000 gr/48-54 cm
-
Lingkar dada : 33-36 cm
-
Lingkar kepala : MO :
35 cm
SOB
: 32 cm
FO : 34 cm
-
Tangisan bayi
- Adakah cacat
konginetal, atresia ani/tidak
-
Jenis kelamin
·
Masalah (bila ada)
·
Kebutuhan
Sesuai
diagnosa dan masalah yang ditemukan, keadaan yang kemungkinan akan terjadi dan
memerlukan antisipasi.
Ex
: - Nutrisi yang cukup ASI
- Pemberian susu
formula baik melalui spin, sendok, NGT
-
Perawatan bayi sehari-hari
-
Kasih sayang perawt dan
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Untuk
mengetahui / mengidentifikasikan masalah potensial yang mungkin terjadi
berdasarkan masalah atau diagnosa yang sudah teridentifikasikan atau
berdasarkan intervensi data yang benar atas data yang telah dikumpulkan.
Ex
: - Potensial terjadi hipotensi
-
Potensial terjadi
hipoglikemia
-
Potensial terjadi ikterus
-
Potensial terjadi infeksi
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Untuk
mengidentifikasikan perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter atau untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain
sesuai dengan kondisi klien.
V. INTERVENSI
Untuk
menerapkan asuhan menyeluruh yang rasional dengan temuan diri langkah
sebelumnya (yaitu menentukan tujuan kriteria).
Diagnosa : Bayi baru lahir ….. umur …… dengan ……
Tujuan : Setelah
dilakukan asuhan kebidanan selama IX ……. diharapkan keadaan bayi :
-
Tidak terjadi komplikasi
-
Kemampuan minum bertambah
-
Kehangatan terjaga
Kriteria Hasil
-
TTV dalam batas normal
Nadi :
120-160 x/menit
S :
36,5-37,5 oC
RR :
40-60 x/menit
-
BB bertambah dibanding
setelah lahir
Intervensi
(menyusun rencana yang menyeluruh dengan rasional)
1.
Lakukan pendekatan pada
orang tua dan keluarga bayi
R/ : Dengan pendekatan terapeutik,
diharapkan keluarga bayi lebih kooperatif terhdap tindakan yang dilakukan oleh
petugas kesehatan.
2.
Cuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan dengan tekhnik aseptik
R/ : Mencegah terjadinya infeksi
3.
Timbang BB bayi
R/ : Menimbang BB bayi dapat mengetahui pertumbuhan bayi dan mendeteksi
terjadinya malnutrisi
4.
Rawat tali pusat dengan
menggunakan kassa steril
R/ : Tali pusat yang bersih mencegah terjadinya infeksi
5.
Berikan nutrisi sesuai
kebutuhan bayi dengan menganjurkan pada ibu tetap berikan ASI
R/ : Nutrisi sesuai kebutuhan bayi dengan nutrisi dapat mencegah
terjadinya hipoglikemi
6.
Segera bungkus bayi
dengan selimut kering dan bersih.
R/ : Membungkus bayi akan mencegah penguapan suhu tubuh
7.
Lakukan perawatan bayi
sehari-hari
R/ : Menjaga personal hygiene dan memberikan perawatan untuk memberi
kenyamanan
8.
Berikan salep mata dan
vit.K pada bayi setelah lahir
R/ : Dengan diberi salep mata dan Vit.K mencegah terjadinya infeksi dan
perdarahan otak.
9.
Tidurkan bayi pada
tempat tidur yang kering dan hangat.
R/ : Memberikan rasa nyaman dan mengurangi penguapan suhu tubuh.
VI. IMPLEMENTASI
Mengacu
pada Intervensi
Melaksanakan
rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah dikumpulkan/diuraikan pada
Intervensi (langkah V)
VII. EVALUASI
Mengacu Intervensi (tujuan dan kriteria)
serta implementasi.
Dilaksanakan evaluasi keefektifan dan
asuhan yang sudah diberikan dalam evaluasi menggunakan format SOAP.
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Bayi baru lahir normal yaitu bayi yang dilahirkan sesuai usai kehamilan
dengan tidak menunjukkan gejala patologis.
Tidak semua bayi baru lahir normal, biasana bayi baru lahir ada yang
dalam kegawat daruratan misalnya bayi yang mengalami sesak nafas, frekuensi
pernapasan 60 x/menit, gerak retraksi di dada, malas minum, panas atau suhu
badan bayi rendah, berat bayi lahir rendah (1500-2500 gram) dengan kesulitan
masal minum.
Namun dalam kasus By Ny “T” NEONATUS
LEBIH BULAN umur 8 hari dengan
Trauma Kelahiran antara tinjauan kasus dan teori itu sama dan tidak ada perbedaan. Persamaan antara teori dan tinjauan kasus
karena tinjauan kasus ini bayinya dalam keadaan normal jadi pemanatauan pada
bayi baru lahir yaitu :
-
Suhu badan dan lingkungan
-
Tanda-tanda vital
-
Berat badan
-
Pakaian
-
Perawatan tali pusat, semuanya sama dan normal.
Perbedaan dalam teori dan tinjauan kasus jika bayi baru lahir mengalami
kegawat daruratan seperti sesak nafas, frekuensi pernapasan 60 x/menit, gerak
retraksi di dada, malas minum, suhu badan bayi rendah, dan berat bayi lahir
rendah.
B.
SARAN
-
Asuhan yang diberikan kepada pasien lebih menekankan asuhan secara
terapi karena sangan mempengaruhi kondisi klien.
-
Pelayanan yang diberikan lebih ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Patologis.
Jakarta : EGC.
Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta EGC.
Markum, A.H. 1991. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.